Kamis, 29 Maret 2012
ESSAY !
TELEVISI UNTUK PENDIDIKAN
Pada era reformasi
sekarang ini perkembangan teknologi komunikasi sangat pesat. Seiring dengan perkembangan
jaman, media elektronik salah satunya televisi, merupakan bentuk dari
perkembangan teknologi komunikasi. Pengaruh dari media ini sangat besar kepada
kita, seperti pengaruh dalam penyebaran kebudayaan, perubahan sosial, realita
kehidupan, dan sebagainya. Media telivisi merupakan media massa yang dinilai
paling efektif saat ini, dan banyak menarik simpati kalangan masyarakat luas,
karena perkembangan teknologinya begitu cepat dan penayangannya mempunyai
jangkauan yang relatif tidak terbatas.
Masyarakat Indonesia
tidak dapat terlepas dari perkembangan masyarakat global, yang selalu
memperoleh informasi dari berbagai media apapun. Informasi menentukan tingkat
perkembangan masyarakat atau seseorang. Perkembangan ke arah masyarakat
informasi dituntut untuk mempunyai inovasi, kreasi, produksi, dan distribusi
yang lebih banyak dan bermutu. Masyarakat memerlukan jangkauan informasi yang
luas untuk berlangsungnya berbagai cara penyampaian informasi tersebut. Cara
penyampaian sebuah informasi harus diimbangi dengan perkembangan perangkat
keras teknologi komunikasi, seperti satelit komunikasi, sehingga memungkinkan
pendeknya jarak waktu komunikasi dan makin derasnya arus sebuah informasi untuk
cepat diterima masyarakat luas.
Perkembangan
teknologi yang semakin maju dalam dunia pendidikan mengakibatkan berbagai
perubahan menuju ke arah perkembangan sebagai upaya untuk menyesuaikan diri
dengan perkembangan dan kemajuan teknologi tersebut. Dengan demikian, antara
keduanya terjadi saling mengisi. Upaya pembaruan dalam pendidikan lebih
ditekankan ke arah proses belajar mengajar. Pada jaman dahulu upaya proses
belajar mengajar melalui bentuk kata-kata, sehingga menjurus ke verbalisme
kemudian orang-orang pada waktu itu mulai berpikir ke arah diperlukannya alat
bantu pelajaran yang bersifat audio visual, seperti gambar-gambar, slide,
model, pita kaset, film bersuara, radio dan televisi. Penggunaan alat audio
visual tersebut, ditujukan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi proses
belajar mengajar, sehingga diharapkan anak-anak mampu mengembangkan daya nalar
serta daya reka anak. Hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa proses
belajar dan mengajar dengan menggunakan sarana audio visual mampu meningkatkan
efesiensi pengajaran 20%-50%. (Darwanto, 2007: 101)
Sebenarnya jika kita
menengok kehidupan sehari-hari, penggunaan sarana audio visual sudah kita kenal
sejak lama. Hanya saja kita kurang menyadarinya bahkan kita tidak mengerti di
balik perbuatan kita itu. Sebagai contoh, seorang anak diajak ke pasar ibunya,
membantu membersihkan tempat tidur, membantu memasak di dapur, semua itu
merupakan bimbingan secara langsung dengan sarana audio visual. Dengan sering
melihat secara langsung kegiatan yang dilakukan orang tua, maka anak lebih
mudah untuk menerima dan menambah pengalaman. Sebaliknya apabila pelajaran yang
didapat hanya dalam bentuk kata-kata, maka akan sulit untuk dibayangkan,
apalagi kalau tidak ada pengalaman yang dimiliki sebelumnya.
Media televisi
merupakan media yang tergolong audio visual atau dapat dipandang dan didengar,
beragam informasi dan ilmu pengetahuan ditayangkan semenarik mungkin dan
dikombinasikan dalam bentuk gambar dan suara. Media televisi sama halnya dengan
radio dan surat kabar sehingga dapat digolongkan sebagai mass media. Informasi yang ditayangkan melalui
televisi dapat diterima oleh penonton secara meluas, tetapi berbeda dengan
surat kabar dan media massa lain yang hanya pada wilayah tertentu saja yang
bisa menerima informasi tersebut.
Pada awalnya
televisi siaran program pendidikan kurang bermanfaat dalam dunia pendidikan,
mengingat karena biaya operasionalnya cukup mahal, tetapi kemudian muncul
pendapat-pendapat yang berlawanan, yang menyatakan bahwa televisi sebagai media
massa sangat bermanfaat dalam memajukan pendidikan suatu bangsa. Kemudian dalam
perkembangannya membuktikan bahwa dengan sifat audio visual yang dimilki
televisi, menjadikan televisi sangat pragmatis, sehingga mudah mempengaruhi
penonton dalam hal sikap, tingkah laku dan pola berpikir.
Televisi
mempunyai tiga fungsi, yaitu memberikan informasi, memasyarakatkan dan
menggerakkan. Yang dimaksud memberikan informasi adalah televisi tersebut mampu
menyalurkan info atau pesan yang diperlukan dalam rangka meningkatkan
pengetahuan. Penelitian bidang pendidikan menunjukkan bahwa televisi memberikan
kontribusi yang positif dalam perkembangan kognitif atau pengetahuan kepada
penerimanya. Sedangkan fungsi memasyarakatkan artinya penyampaian suatu sistem
kebudayaan serta penanaman nilai dan norma yang memungkinkan seseorang
berpartisipasi aktif dalam berbagai kelompok sosial. (Yusufhadi Miarso, 2007:
411)
Benny A. Pribadi
dan Bambang Sutjiatmo dalam Tian Belawati, dkk. (1999: 216) menyatakan, “Dalam
sebuah aktivitas pendidikan ada tiga aspek yang harus dicapai, yaitu aspek
kognitif (pengetahuan), aspek afektif (perasaan dan penghayatan), dan aspek
psikomotorik (gerakan).” Tentunya media televisi dapat digunakan dengan baik
untuk dapat menyampaikan pesan dan informasi yang berada dalam tiga aspek
tersebut. Dalam program tertentu media televisi itu mampu menyampaikan pesan
dan informasi secara efektif. Contohnya seperti penayangan seni atau drama
melalui program televisi dapat menggugah penghayatan penonton terhadap suatu
bentuk seni dan kebudayaan, maka media televisi mampu menayangkan pesan-pesan
pendidikan yang bersifat universal, dan sangat efektif untuk menayangkan
pengetahuan tentang suatu gerakan motorik, seperti pada mata pelajaran olahraga
dan keterampilan maka kita dengan mudah dapat mempelajari berbagai gerakan-gerakan
yang harus dikuasai melalui media televisi.
Yang
melatarbelakangi televisi ikut berperan dalam dunia pendidikan adalah angka
statistic menunjukkan perkembangan penduduk dunia yang sangat pesat. Kemudian
berdampak pada perkembangan anak, khususnya anak-anak yang berada dalam bangku
sekolah. Jumlah anak yang sekolah tidak seimbang dengan jumlah guru yang
mengajar, dan terdapat masalah lain. Sehingga televisi sebagai media massa,
mempunyai manfaat untuk membantu memecahkan masalah-masalah, seperti halnya
kekurangan tenaga pengajar dan ruang belajar dapat teratasi, karena seorang
guru dapat menghadapi jumlah murid yang tidak terbatas jumlahnya. Kemudian
kekurangan buku pelajaran dapat teratasi, karena stasiun penyiaran meneyediakan
teks atau brosur bagi paket-paket pendidikan yang akan disiarkan. Hal ini
terbukti bahwa telivisi mampu meningkatkan kemampuan belajar, bukan saja untuk
anak-anak melainkan juga untuk semua tingkatan usia. Akan tetapi, televisi
hanya sebuah alat bantu dalam proses belajar mengajar, tergantung bagaimana
kita memanfaatkan dan menyikapinya. (Darwanto, 2007: 127)
Televisi
pendidikan harus bisa bersifat kreatif dalam merancang dan memproduksi sebuah
program, karena masyarakat luas menilai televisi sebagai media hiburan, maka
bagaimana seorang produser menciptakan sebuah program semenarik mungkin agar
televisi berperan sebagai media mendidik sekaligus dapat menghibur masyarakat
luas. Masa sekarang ini banyak sekali siaran televisi baik sebagai hiburan
maupun pendidikan. Namun siaran televisi juga memiliki keterbatasan, sering kali
siaran televisi dimanfaatkan sebagai sarana untuk komunikasi satu arah.
Artinya, pemirsa atau penonton hanya bersikap pasif dan tidak dapat memperoleh
umpan balik dari informasi yang didapat dari apa yang telah mereka lihat. Jika
diterapkan untuk keperluan pendidikan komunikasi satu arah ini kurang efektif
bagi siswa, mereka akan sulit mempelajari informasi dan pengetahuan, jadi harus
ada media lain sebagai media interaktif antara siswa dengan guru, misalnya
dengan menggunakan saluran telepon. Dengan media interaktif tersebut siswa
dapat memperoleh informasi atau pengetahuan secara lebih rinci tentang apa yang
sudah disampaikan seorang penyaji. (Benny A. Pribadi dan Bambang Sutjiatmo
dalam Tian Belawati, dkk. 1999: 216).
Yusufhadi
Miarso (2007: 418) menyatakan, ”Sistem
televisi pendidikan acara hiburan maupun informasi harus mengandung misi
edukatif sesuai dengan konsep pendidikan, maka misi edukatif perlu dijabarkan lebih lanjut dengan pedoman
televisi sebagai program siaran harus sesuai dengan kebutuhan yang dituju, isi
siaran harus sesuai dengan nilai-nilai budaya yang diterima masyarakat
Indonesia, program siaran berkaitan dengan kegiatan yang ada di masyarakat, setiap
acara diusahakan untuk dikembangkan dalam bentuk paket yang berkesinambungan,
dan tiap program harus dibuat dengan arah tujuan tertentu.”
Seiring dengan perkembangan
teknologi komunikasi baik di Indonesia maupun internasional, kemudian banyak
kritik yang ditujukan kepada penyelenggara siaran program telivisi, mengenai
isi yang bertentangan dengan nilai moral dan budaya, sehingga memberikan dampak
yang negatif. Maka, pendidikan sebagai dasar dalam meningkatkan budaya dan
moral bangsa harus mampu mengatasi permasalahan tersebut.
Siaran
televisi di Indonesia dimulai pada saat TVRI milik pemerintah yang didirikan
yaitu pada tahun 1962. Penyiaran program melalui saluran televisi lebih diutamakan
pada berita, penyuluhan dan penyebaran informasi dan pemerintah, acara
berbentuk hiburan, serta peristiwa olahraga. Sementara itu, program pendidikan
sampai saat ini masih memperoleh kesempatan yang sangat kecil. Program-program
pendidikan yang ditayangkan TVRI pada umumnya berisi informasi tentang
keterampilan dan pengetahuan yang bersifat umum. Pada tahun 1980 dunia siaran
pertelevisian diramaikan dengan hadirnya sejumlah televisi-televisi swasta,
seperti RCTI, SCTV, Indosiar, ANTV, dan TPI yang sekarang berganti nama menjadi
MNC. Stasiun-stasiun tersebut saling berlomba-lomba menayangkan program
unggulan. Namun kebanyakan stasiun televisi swasta tersebut lebih banyak
menayangkan program yang bersifat hiburan, dan program pendidikan masih tetap
memperoleh kesempatan untuk siaran relatif kecil, dikarenakan stasiun swasta
tersebut saling berlomba-lomba mengejar pendapatan dari hasil penayangan iklan.
(Benny A. Pribadi dan Bambang Sutjiatmo dalam Tian Belawati, dkk. (1999: 219).
Sebuah
program hiburan yang menarik tentunya akan menjadi daya tarik bagi produsen
untuk menaruh iklan di stasiun televisi tersebut. Faktor ini merupakan salah
satu penyebab utama mengapa program televisi pendidikan hanya diberi kesempatan
siaran yang sangat kecil. Dapat dikatakan penayangan program televisi
pendidikan tidak mampu mendatangkan pendapatan bagi stasiun televisi swasta dan
televisi pendidikan tidak dapat bersaing dengan program yang bersifat hiburan (entertainment). Pemanfaatan media
televisi untuk pendidikan di Indonesia hingga saat ini masih sangat terbatas.
Hal ini disebabkan program pendidikan tidak mampu menarik dana masyarakat
terutama dari iklan, sehingga biaya siaran program pendidikan menjadi beban
bagi stasiun televisi swasta yang menyiarkan. Oleh karena itu, selain TVRI
tidak ada stasiun televisi swasta yang secara intensif maupun ekstensif
menyiarkan program pendidikan. (Benny A. Pribadi dan Bambang Sutjiatmo dalam
Tian Belawati, dkk. (1999: 220).
Selain
mempunyai banyak manfaat, televisi juga mempunyai dampak. Pada tahun 1982 National Institute of Mental Heath mengadakan
penelitian tentang dampak televisi yang telah dilakukan (Biagi (1988) sebagaimana
dikutip oleh Yusufhadi Miarso,2007: 446) menyimpulkan bahwa ada korelasi
langsung antar kekerasan dalam televisi dan perilaku agresif, meskipun tidak
dapat diduga siapa dan mengapa dipengaruhi, penonton setia televisi lebih
menunujukkan sifat penakut, kurang percaya diri dan lebih gelisah, tetapi bagi anak
yang menonton program yang prososial, maka dia akan berkelakuan baik.
Penyelenggaraan siaran televisi
pendidikan seharusnya ditujukan kepada seorang guru terlebih dahulu, karena
guru sangat berperan dalam usaha memperbaiki mutu pendidikan, mereka juga harus
mendapat perhatian untuk memperoleh bimbingan atau penataran tentang teknologi
komunikasi dalam meningkatkan kemampuan profesional, mengenal karakter
teknologi komunikasi khususnya televisi. Karena guru mendapat kepercayaan untuk
melalakukan pembaruan pendidikan, mereka harus mengatasi permasalahan siswa
sesuai perannya sebagai seorang guru. Agar guru bisa merasa aman bahwa kedudukannya
sebagai seorang guru tidak tergantikan atau tergeser dengan adanya media
telivisi program pendidikan ini, sehingga harus mendapat dukungan dan sarana
untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Organisasi seperti PGRI juga
harus bertanggungjawab dalam mengatasi masalah ini. Misalnya dengan membuat
konsep perencanaan peraturan untuk membatasi dampak negatif televisi dan meningkatkan
dampak positifnya dan juga dengan bekerja sama dengan pihak-pihak lain.
Keterkaitan
dengan sumber daya manusia, di Indonesia belum banyak dilakukan penelitian dan
pengkajian berkaitan dengan televisi. Sebaiknya di Indonesia ada sebuah lembaga
penelitian yang melakukan penelitian dan pengkajian tentang daya tarik siaran
yang hasilnya dipakai sebagai pegangan oleh semua stasiun televisi dan semua
pihak yang berkepentingan mensponsori dan ikut membiayai program siaran. Karena,
media televisi merupakan media yang berpotensi sebagai media pendidikan maka
akan lebih bermanfaat jika media ini
mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang berkaitan, tidak hanya bagi
pemerintah dan para pendidik tetapi juga seluruh masyarakat luas, dan khususnya
pihak televisi swasta ikut berpartisipasi dalam memajukan mutu perkembangan
pendidikan melalui media televisi ini, karena banyak sekali manfaat yang
diperoleh dengan menggunakan televisi program pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Miarso, Yusufhadi. (2007). Menyamai Benih Teknologi Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Darwanto. (2007). Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pribadi, Benny A & Bambang Sutjiatmo. (1999). Pemanfaatan Siaran TV Pendidikan. dalam Tian Belawati, et al. Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Langganan:
Postingan (Atom)